Langsung ke konten utama

Dulu Pintar Di Sekolah, Sekarang Penggangguran

Dulu Pintar Di Sekolah, Sekarang Penggangguran

Mungkin banyak sekali orang di Indonesia yang seperti ini. Banyak kita pernah mendengar kalimat satire, atau bahkan ejekan. Dulu orang ini pintar pas sekolah, sekarang malah pengangguran dan tidak jadi apa-apa.

Well, inilah kehidupan, inilah seleksi alam, dan mungkin inilah hasil sistem pendidikan Indonesia. Cukup sekali saya katakan, kondisi ini tidak mutlak, ada yang dulu pintar di sekolah pun sekarang pintar cari uang.

TK, SD, SMP juara terus, walau ga juara satu di kelas, kadang juara 2, kadang juga juara 1. SMA, di bangku kelas 1 masih bagus, kemudian semester-semester selanjutnya sudah malas belajar dan sibuk membaca buku pengembangan pribadi, nulis blog, dan jadi idealis. Belajar di sekolah Indonesia adalah hal yang membosankan. Menghitung kecepatan tendangan bola, gaya sentrifugal lalat yang hinggap di piringan VCD, integral diferensial. What The F*** man, semua itu hanya jadi sampah sekarang. Dan memang di kehidupan nyata, semua itu tidak dipernah dipakai. Apakah memang benar sistem di sekolah Indonesia hanya memasukan sampah di otak generasi sekarang, dan semua sampah itu bahkan tidak bisa untuk cari makan. Benar juga kata seorang menteri, Indonesia harus mencontoh negara lain yang lebih maju sistem pendidikannya, sistem pendidikan vokasi, praktik magang langsung yang terkontrol, pemagang bukan hanya sekedar bikinin kopi, foto kopi dan disuruh beliin rokok.

Kemudian kelas 3 SMA sedikit tersadar, sudah mau EBTANAS/UAN/UN what ever lah istilahnya, emang sistem pendidikan Indonesia nih ababil, segala kurikulum cbsa,kbk,ktsp, apalah lagi, semua hanya omong kosong agar ada cara menggelontorkan anggaran, dan pergi ke perut siapa. (Ingat wahai pejabat di bangsa ini,kalian semua pasti akan mati, dan semua akan dipertanggungjawabkan, baik semasa masih di bumi ini, atau diakhirat. HUKUM KARMA itu nyata adanya. Orang yang punya uang belum tentu bahagia, namun orang yang punya kemurnian, kasih dihatinya, akan bahagia. Apalagi makan uang haram, hasil korupsi, suap sogok, KKN, uang itu di kutuk Tuhan, biasanya keluarganya sering ribut, anak terjerumus narkoba, hamil duluan, cerai dll.). Mau kurikulum apapun tetap polanya sama, belajar, pr, ulangan harian, dll.

Saya pikir UN adalah hal yang sangat baik bagi bangsa ini. Setidaknya dengan UN, anak-anak belajar dengan baik, tidak kepikiran untuk tawuran, belajar untuk menghargai proses, tidak ada yang instant. Namun sayang kadang guru dan kepala sekolah jadi mementingkan nilai mapel dan angka. Bahkan ada guru yang memberi bocoran soal dan mengarahkan anak didiknya untuk saling contek dan kerja sama, agar anak didik nya lulus semua. What the f*** man, kalian sedang dibisiki iblis. Mungkin karena merekalah bibit-bibit koruptor ini menjadi terpelihara, matang dan banyak duduk di kursi-kursi dewan dan pejabat teras lainnya. Ada yang salah di bangsa ini. Seharusnya guru lebih menanamkan nilai kejujuran, bukan mafia persekongkolan iblis.

Bukankah Iblis adalah bapak segala dusta? Masih ingat kasus anak SD yang melapor karena banyak yang nyontek malah dikucilkan?. Bangsa ini akan rusak jika kita mau percaya bisikan ibilis, jujur hancur. Percayalah bisikan malaikat Tuhan, jujur mujur. Tuhan memelihara anak orang benar hingga keturunan generasi ke 3 dan ke 4.

A lie doesn't become truth, wrong doesn't become right, and evil doesn't become good, just becuse it's accepted by majority - rick warren

Walau banyak diterima orang, sebuah dusta tak akan pernah menjadi kebenaran, keburukan tak akan menjadi kebaikan, iblis tak kan pernah jadi malaikat.

Syukurnya waktu SMA lulus dengan hasil yang baik. Lanjut ke bangku kuliah. Sekali lagi makan teori dan suntuk di kampus dengan buku, walaupun hasilnya menjadi lulusan terbaik, tapi semua itu hanya teori. Salut bagi teman-teman yang kuliah sambil kerja, itu adalah hal positif dan tambahan ilmu untuk menghadapi kenyataan hidup. 

Lulus pun, bukan langsung cari kerja, tapi rileks istirahat, katanya capek kuliah, istirahat sejenak, refresh. Eh kelamaan, 1,5 tahun nganggur, syukur ada kegiatan di rumah bantu jualan orang rumah.

Setelah itu lamar sana sini, keterima di perusahaan telekomunikasi, eh malah pindah ke bank ternama, dan hanya bertahan 7 bulan. Klasik alasanya, passion nya ga di situ. Dan malah milih nganggur lagi sampai 6 bulan. Setelah itu dapat kerja honor di SMP, gaji cuma 400 ribu sebulan, langsung pindah ke perhotelan, sampai 4 tahun di hotel, berhenti dan pindah lagi ke rumah sakit, tapi cuma bertahan sebulan. Dan menggangur lagi. Mungkin ada teman yang sudah menggangur selama 2 tahun, padahal dia dulu di sekolah, pintar. Bahkan ada teman yang memperoleh predikat lulusan terbaik di universitas agama kenamaan, malah sekarang buka sol sepatu. Inilah faktanya. Tapi saya pikir, ini lebih baik, daripada berbuat kriminal dan berpangku tangan.

Inilah kehidupan. Saran saya harus selalu dekat Tuhan. Sebab Tuhan itu baik, dan Dialah tempat pengungsian bagi yang kesusahan.

Kepintaran teori di bangku sekolah sangat tidak menjamin kehidupan yang baik.

Jika tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional, kecerdasan hubungan sosial, kecerdasan komunikasi, dan kecerdasan spiritual
Dan jenis-jenis, kunci-kunci kesuksesan ini tidak pernah di dapat di bangku sekolah di Indonesia. Kalian harus mencarinya sendiri, baik dengan ikut organisasi, jadi sukarelawan, jualan pulsa, part time di warung makan, buka laundry, dll. Jadi sekolah teori dan serta merta dibarengi dengan itu semua, maka setelah lulus, kalian jadi paket lengkap yang siap terjun di dunia kerja (jika kalian pengen jadi 09-17), ataupun merintis sesuatu yang kecil-kecilan.

Saran saya jangan terlalu memaksa diri untuk fokus pintar di bidang akademik saja. Cobalah untuk mempertimbangkan soft skil yang lain yang lebih terbukti untuk survive dan bisa dipakai untuk cari uang.
Berikut Menurut Prof Agus Budiyono dalam Mematahkan Mitos NEM, IPK dan Rangking. 

Ada tiga konsep yang tidak saya percayai sepenuhnya dalam sistem pendidikan yaitu: NEM, IPK dan rangking.

Saya mengarungi sistem pendidikan selama 22 tahun (1 tahun TK, 6 tahun SD, 6 tahun SMP-SMA, 4 tahun S1, 5 tahun S2&3) dan kemudian dilanjut mengajar selama 15 tahun di universitas di tiga negara maju (AS, Korsel, Australia) dan tanah air. 
Saya menjadi saksi betapa tidak relevannya ketiga konsep di atas dengan apa yang secara normal didefinisikan sebagai kesuksesan. 
Ternyata sinyalemen saya ini didukung oleh riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley yang memetakan 100 faktor yang akan berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 millioner di US. 
Berdasarkan hasil penelitian beliau ternyata nilai yang baik (yakni NEM, IPK dan tentu saja rangking) hanyalah faktor sukses no ke 30! Sementara itu faktor IQ pada urutan ke-21 dan bersekolah ke universitas/sekolah favorit di urutan ke-23. Jadi saya ingin mengatakan secara sederhana:
▪ Anak anda nilai matematikanya 45 ? Tidak masalah.
▪ Tidak lulus ujian fisika ? 
Bukan masalah besar.
▪ NEM tidak begitu sesuai harapan ? 
Paling banter akibatnya adalah tidak bisa masuk sekolah favorit. 
Yang memang, menurut hasil riset, tidak terlalu pengaruh ke kesuksesan aniwei.
▪ IPK termasuk golongan dua koma (baik dua koma sembilan….belas maupun dua koma pas) ? 
Jangan sedih. IPK hanya mitos. 
Paling banter adalah hanya alat ukur. 
Yang tidak akurat aniwei.
▪ Anak anda sekolah di SMA Negeri 1 dan bukan SMA Negeri 3 ? 

Lalu apakah faktor yang menentukan kesuksesan seseorang itu ? 
Menurut riset Stanley berikut ini adalah sepuluh faktor teratas yang akan mempengaruhi kesuksesan:

1. Kejujuran (Being honest with all people)
2. Disiplin keras (Being well-disciplined)
3. Mudah bergaul (Getting along with people)
4. Dukungan pendamping (Having a supportive spouse)
5. Kerja keras (Working harder than most people)
6. Kecintaan pada yang dikerjakan (Loving my career/business)
7. Kepemimpinan (Having strong leadership qualities)
8. Kepribadian kompetitif (Having a very competitive spirit/personality)
9. Hidup teratur (Being very well-organized)
10. Kemampuan menjual ide (Having an ability to sell my ideas/products)

Hampir kesemua faktor ini tidak terjangkau dengan NEM dan IPK. 
Dalam kurikulum ini kita kategorikan softskill. 
Biasanya peserta didik memperolehnya dari kegiatan ekstra-kurikuler. Inilah penyebab mengapa banyak orang yang pintar di bangku sekolah, tapi setelah tamat malah banyak jadi penganguran dan tidak jadi apa-apa. Salam Sukses, dan jangan pernah minder walau pintar di sekolah tapi pengganguran, sebab inilah kenyataan, pintar di sekolah hanya menempati urutan ke 30 faktor penentu kesuksesan. Adalah hal yang wajar kita gagal, sebab kita telah fokus pada hal yang keliru. Tidak apa-apa terlambat menyadari hal ini, dan tidak ada kata terlambat untuk belajar lagi, memperbaiki diri. Salam sukses 2.

Komentar

  1. kelinci99
    Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
    HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
    NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
    Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
    Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
    segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
    yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
    yukk daftar di www.kelinci99.casino

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara memperbaiki jarum jam tangan yang lepas

Jarum detik jam tangan lepas, otomatis self winding Alexandre Christie 3024   14nov15 AC 3024 me Saya baru sadar jarum Jam tangan yang tergolong branded n baru sebulan dibeli ini lepas dari posisi seharusnya ketika saya  berhenti di lampu merah,

Pengalaman Memakai Minyak Kemiri BMKS, Shampoo BMKS, dan Conditioner BMKS

  Hari ini 25 Februari 2018, saya tebus satu paket BMKS, terdiri dari minyak kemiri, shampo, dan conditionernya di harga

Pondok Gravitasi Mempawah Kalimantan Barat Tempat Makan Asik Tepi Sungai

Pondok Gravitasi Mempawah. Tempat makan asik  tepi sungai