Jalan Rusak di Sintang |
Sebagai generasi millenial, nasib bangsa ini ada di pundak kita. Maju tidaknya bangsa ini, tergantung seberapa kuat kita dapat bertindak, mempengaruhi dan memberi impact positif di seluruh aspek kehidupan Indonesia.
Indonesia sudah lama merdeka, kita tidak boleh begini-begini saja. Kita bangsa yang teramat sangat kaya raya. Memiliki sumber daya alam darat, laut, dan udara yang melimpah, sekeping tanah surga yang jatuh dari langit adalah
Indonesia. Kita harus harmonis, maju dan sejahtera.
Tidak maukah kalian, jika air bersih mengalir di setiap rumah dengan lancar, listrik menjangkau seluruh rumah di pelosok kampung, walaupun rumah kalian berada di ujung-ujung negeri. Jalan-jalan mulus, kemana pun kalian pergi berwisata ria menikmati jalan-jalan di tanah air Indonesia yang pesona ini, tak ada jalan yang rusak dan berlubang, karena negeri kita terlalu kaya untuk punya jalan raya yang berlubang. Tidak mau kah kalian mempunyai transportasi publik yang melayani semua rute dengan mudah dan murah, karena negeri ini terlalu kaya untuk mempunyai pelayanan transportasi publik yang buruk.
Tidak maukah kalian mempunyai taman-taman kota yang indah di setiap tempat ataupun kota, di mana pun kalian berada. Tidak maukah kalian ke sekolah gratis dan dapat sarapan dan makan siang setiap hari. Sebab Indonesia, sekeping surga diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik ini, terlalu kaya untuk memiliki anak sekolah yang kurus dan kelaparan. Kita teramat gemah ripah untuk menjadi sengsara dan terinjak-injak keturunan lain di negeri sendiri kita yang kaya raya ini saudara-saudara ku Indonesia.
Kita harus berubah.
Kita harus bertindak.
Kita tidak boleh tinggal diam.
Kita adalah bangsa yang teramat besar untuk menjadi miskin, kelaparan dan hidup susah.
Pendidikan yang teoritis menghasilkan arah pikiran rakyat yang teoritis. Menghasilkan rakyat yang hanya pandai ngomong, nyinyiran, pintar berkomentar, pintar ngritik dan lantang teriak. Namun produksi dalam tindakan nyata membangun negeri, nol besar. Pintar ngomong namun bodoh bertindak.
Semestinya sejak dini di setiap sekolah, sudah bisa mengambil jurusan yang memang di sukai dan dibakati oleh murid. Sehingga otak-otak kami tidak diisi oleh sampah yang sangat tidak berguna (algoritma, log, integral dll) yang bahkan sampai saat ini tidak bisa memberi kami sesuap nasi. Membuang waktu dan energi kami untuk hal yang sangat tidak berguna.
Jika murid membakati musik, dia langsung bisa menekuni musik, hingga menjadi Beethoven nya Indonesia.
Jika membakati tanam-menanam, dia langsung bisa menekuni tanaman, hingga terlahir petani yang sukses.
Jika menekuni makanan, langsung menekuni boga, dan kelak menjadi super chef Indonesia.
Jika bakat dan suka bola, langsung menekuni bola, dan kelak menjadi nama besar seperti Messi atau CR7 orang Indonesia. Melukis, memfoto, otak-atik mesin dan masih banyak lagi.
Pendidikan Indonesia terlalu banyak membuang waktu dan energi, namun hasilnya hanya PENGANGGURAN. Pribadi-pribadi yang kepenuhan sampah, karena memang bukan di sana bakat dan hobi mereka. Mereka dipaksa menjadi sosok yang bukan diri mereka. Bagaimana mereka menjadi ahli, expert dan spesialis? Jika bukan di situ bakat mereka dan mereka telat mengasah skill dan memulainya sejak dini?
300 tahun lebih kolonialisme, londo Belanda menyesah pola pikir kita, mengubah paradigma kita bahwa kita bangsa yang lemah. Tidak ingatkah kalian wahai anak negeri, wilayah wewengkon moyang Majapahit kita meluas sampai Filipina dan Somalia sana, betapa tangguhnya kita. Itu menandakan betapa sungguh kuat nya kita sebagai bangsa. Sekarang ini warisan leluhur itu masih tersisa, Pindad sebagai Indonesian Pride, produk dalam negeri memproduksi peralatan tempur yang diakui dunia mencerminkan, betapa tangguhnya militer kita
Londo merekam dan menanam di pikiran kita, agar kita mendewakan ambtenarr dan menistakan diri kita sendiri. Ambtenarr adalah sebutan untuk pegawai negeri pada zaman Belanda, berpakaian jas putih-putih, topi helm keras seperti topi baja dan pergi serta pulang kerja naik sepeda. Jabatan ini menjadi impian dari kebanyakan anak-anak pribumi, karena dipandang bahwa kehidupannya terjamin. Sampai jaman now, jaman wifi 4G sekarang, di otak orang tua kita masih menyimpan rekaman siasat dan kelicikian Belanda 400 tahun lalu itu, agar mereka disegani sebagai penjajah, yaitu rekaman mendewakan profesi ASN yang dulu namanya PNS. Penyakit inilah yang menjangkiti jiwa anak-anak bangsa sampai sekarang, kalau terus begini, bangsa kita yang teramat sangat besar, kayah gemah ripah loh jinawi sumber daya alamnya ini, hanyalah bangsa yang sakit. Kita harus cepat merubah mind set kita, kita mesti teramat sangat mendewakan pengusaha ataupun ilmuan yang hebat, hingga untuk pertama kalinya, suatu hari kelak kita bisa punya NASA nya Indonesia, kaki anak bangsa Asia ini, Indonesia, untuk pertama kalinya berjejak di Bulan. Dan masih banyak lagi profesi yang hebat dan dapat memajukan negeri dan bangsa yang kita cintai ini.
Belanda juga melihat kebodohan kita, yaitu kita sangat mudah diadu domba. Divede et impera meruntuhkan supremasi Majapahit dan sukses mengangkangi bangsa besar ini selama 3 abad lebih. Terseok-seok mengesot dalam injakan kesengsaraan dan perpecahan. Begitu bodohnya kita sebagai anak bangsa. Kita dikibuli dan dijajah karena kita bodoh dan mudah memusuhi sesama bangsa kita sendiri. Memakai api percikan agama, suku dan ras, kita mudah dirusak dari dalam, ibarat api di dalam sekam, bukan disulut dari luar, tapi diberi bara di dalam, berasap kemudian sekonyong-konyong dapat berubah menjadi api yang besar dan membakar semuanya. Selamanyakah kita harus bodoh dan mudah di pecah-belah begini hanya karena alasan agama impor? (seluruh agama yang kita kenal datang dan berasal dari negeri lain (Hindu dari India, Budha dari China, Kristen dari Israel, Islam dari Saudi Arabia, dsb) agama asli Indonesia semakin dipunahkan).
Selamanyakah kita harus ribut karena Tuhan? padahal sampai saat ini Tuhan sendiri tak pernah ribut tentang diriNya? Beribu-ribu tahun berlalu, pernahkah kalian dengar Tuhan teriak-teriak dari langit?
Selamanyakah kita harus melihat kemiskinan dan kepengangguran di bangsa kaya raya ini?
Selamanyakah kita melarat bermusuhan terus seperti ini?Selamanyakah kita harus ribut karena Tuhan? padahal sampai saat ini Tuhan sendiri tak pernah ribut tentang diriNya? Beribu-ribu tahun berlalu, pernahkah kalian dengar Tuhan teriak-teriak dari langit?
Selamanyakah kita harus melihat kemiskinan dan kepengangguran di bangsa kaya raya ini?
Hai anak negeri...?
Tak mau kah kau ikut bersama ku? menjadikan bangsa mu dan bangsa kita maju, sejahtera dan harmonis?
Ayo bersama-sama kita membenahi tanah kita yang kita cintai ini.
Sebaiknya istilah Pemerintah diganti saja. Pemerintah yang memiliki kata dasar Perintah itu, hanya akal-akalan Belanda saja agar mereka di takuti. Di luar negeri istilahnya lebih masuk akal, Government atau Civil Servants. C.S. Pelayan Masyarakat saudara-saudara. Pelayan
Pelayan.Sekali lagi, pelayan.
Babunyanya masyarakat.
Bijimana Indonesia kita mau maju, kalau pelayan masyarakatnya malah bertingkah seperti raja. Babu tapi bertingkah selayaknya Raja yang mau dilayani terus menerus. Hei CS, Babu masyarakat, kalau mau kaya jangan jadi CS, jadilah entrepreneur. Bagaimana urusan rakyat mau maju dan lancar jika mengurus surat domisili di kelurahan aja ribet dan lama. Apalagi mau mengurus surat-surat lain, izin-izin lain?
Kalau bisa dipersulit, mengapa bisa dipermudah?Kalau bisa diperlama, mengapa dipercepat?
Woi,...
Ini yang buat bangsa besar kita Indonesia tak bisa sampai ke bulan, namun terus menerus kelelep di lumpur bumi datar ini.
Birokrasi kita begitu bobrok, lama dan letoy. Terlalu banyak meja yang harus kita tembus.Woi... bangun Woi.
Kalian digaji dari uang rakyat. Uang urunan pajak dari rakyat. Uang urunan rakyat. Sudah begitu, kadang atau mungkin sering korupsi uang rakyat lagi. Inilah yang membuat jalan tak kunjung dibangun-bangun, rusak berlumpur. Semen yang semestinya 1 : 3 dengan pasir, dikorup menjadi 1 : 9 jalan rakyat menjadi rusak parah. Tidakkah kalian tahu betapa banyak orang yang kalian jahati dan celakai, karena jalan yang seharusnya mulus dan menyelamatkan itu, karena dananya dikorupsi, menjadi rusak. Banyak orang jatuh, banyak wanita hamil yang kandungannya tidak baik karena kalian korupsi? tidakkah kalian sadar jutaan orang yang melewati jalan? dan jutaan dosa orang-orang itu kalian tanggung?
Jalan Rusak di Sanggau |
Amerika Serikat yang 600 tahun lebih awal merdeka dari Indonesia menyadari, politik tak akan membawa kita kemana-mana kalau kita tidak efisien dan efektif. Oleh sebab itu partai di sana hanya ada 2, Republik dan Demokrat. Jika yang satu sedang berkuasa, yang lain mengevaluasi, begitu pula sebaliknya jika yang lainnya berkuasa, yang satu mengevaluasi. Mereka sadar, biaya kampanye politik yang mahal dalam masa kampanya hanya menghasilkan kepala daerah yang koruptif hanya untuk mengembalikan modal promosi janji-janji busuk politik mereka.
Tidak kah kalian sadar berapa miliar rupiah yang kandidat keluarkan hanya untuk memasang wajah jelek/ganteng/cantik mereka di papan reklame raksasa dan poster melekat di pohon-pohon tepi jalan raya. Tidak maukah kita belajar dari kesalahan negara yang lebih maju? dan mempersingkat ratusan tahun waktu kita untuk menjadi bangsa yang lebih maju?. Mengapa kita harus lebih lama lagi terseok-seok begini?.
Di setiap daerah, daripada melihat baliho raksasa dan iklan-iklan rokok, akan lebih baik jika diganti atau disisipi kalimat-kalimat yang inspiratif membangun negeri. Misalnya saja, 'jujur itu baik, korupsi itu dosa', 'bersih itu indah', 'berbeda tapi tetap satu, Indonesia' dan lain sebagainya.
Di setiap daerah, daripada melihat baliho raksasa dan iklan-iklan rokok, akan lebih baik jika diganti atau disisipi kalimat-kalimat yang inspiratif membangun negeri. Misalnya saja, 'jujur itu baik, korupsi itu dosa', 'bersih itu indah', 'berbeda tapi tetap satu, Indonesia' dan lain sebagainya.
Mengapa kita tidak ATM ( ambil, tiru, modifikasi ) hal-hal yang baik dari negara yang telah maju. Demikian juga untuk hal-hal yang lain. Menghabiskan miliran rupiah untuk studi banding ke luar negeri, padahal isi nya ada di Google, tinggal unduh dan ATM untuk diterapkan di negara kita, agar supaya maju dan sejahtera juga. Betapa bodohnya kita sebagai bangsa jika begini terus. Mengapa tidak orang yang bertugas membuat undang-undang itu di seleksi seperti seleksi pegawai bank saja. Melalui berbagai tahap tes dan psikotes, sehingga loloslah kandidat yang benar-benar jujur, capable dan kompeten dalam menelurkan regulasi-regulasi. Sehingga lebih produktif dan cepat.
Toh sama saja, sekarang, kita juga tak pernah tau siapa wakil rakyat kita yang kita coblos itu, kompeten kah IQ dan SQ mereka dalam bekerja, sesungguhnya kita hanya memilih tikus (kucing) dalam karung. Lihatlah kinerja parlemen sekarang, sangat tidak produktif dan lama dalam membuat undang-undang, tak tahu malu jika kinerja mereka terus menerus disoroti, namun yang teramat sering menyeruak hanyalah skandal dan kasus maling alias korupsi mereka. Mengapa yang maling buah kakao yang tak seberapa dihukum seperti mereka yang mencuri uang rakyat miliaran rupiah, yang jika di belikan buah kakao bisa untuk mengumpan 1 Negara? Beginikah wajah hukum bangsa kita? yang katanya orangnya rajin beribadah?. Berkali-kali dalam setiap hari beribadah, namun masih saja tetap korupsi? Begitu mudahnyakah iblis masuk ketempat suci dan membisiki setiap telinga para pelayan negeri untuk mencuri?
Kondisi Jalan di Negara Maju, Swiss |
Karena kita tidak pernah bisa benar-benar bahagia, jika kita melihat saudara sebangsa kita miskin, pengangguran, penyakitan dan kelaparan. Kita mesti bertindak sekecil apapun yang kita bisa untuk memajukan negeri kita.
Tolong share tulisan ini, agar lebih banyak orang yang terpengaruh dan saling mempengaruhi dalam kebaikan, memajukan negeri, tanah air kita tercinta, ibu pertiwi yang kita junjung, tanah kelahiran saudara dan saya, Indonesia.
Komentar
Posting Komentar